Sabtu, 07 Desember 2013

Spirit Feminisme pada tokoh Nawang Wulan dalam naskah jaka tarub karya akhudiat




            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Feminisme adalah  gerakan wanita yg menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Teori feminis merupakan label generik untuk perspektif atau kelompok teori yang mengeksploitasi makna konsep-konsep gender. Teori feminis mengamati bahwa banyak aspek kehidupan terlepas dari sex biologis dipahami dalam kualitas jender termasuk bahasa, kerja, peran keluarga, pendidikan, serta sosialisasi. 
Teori feminis bertujuan untuk membongkar kekuasaan dan batas-batas pembagian kekuasaan itu. Kekuasaan itu adalah penggolongan kelas atau status berdasarkan jenis kelamin (genderisasi). Teori feminis menekankan sifat opresif dan relasi gender. Sifat opresif adalah sifat yang keras dan menekan.
Feminisme sosialis mencoba membongkar akar ketertindasan perempuan dan menawarkan ideologi alternatif yakni: sosialis. Penindasan terhadap perempuan tidak akan berakhir selama masih terus diterapkannya sistem kapitalisme. Inilah yang dikatakan sebagai peminggiran peran perempuan sebagai bagian dari produk sosial, politik, dan ekonomi yang berhubungan dengan keberadaan kapitalisme sebagai suatu sistem. Inilah penindasan yang berakar pada keberadaan kelas-kelas dalam masyarakat. Pada awalnya, Friedrich Engels yang menjelaskan dalam buku klasik The Origin of The Family, Private property and The States (1884). Keterpurukan perempuan bukan karena perkembangan teknologi, bukan karena perempuan lemah secara mental dan tenaga (sehingga harus dilindungi oleh lelaki), bukan karena sebab-sebab lain, tetapi karena munculnya kelas-kelas sosial.
Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Kritik sastra feminisme merupakan aliran baru dalam sosiologi sastra. Lahirnya bersamaan dengan kesadaran perempuan akan haknya. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat lakilaki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan, maka muncullah istilah equal right's movement atau gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Cara ini sering dinamakan women's liberation movement, disingkat women's lib atau women's emancipation movement, yaitu gerakan pembebasan wanita (Saraswati, 2003: 156).
Kritik sastra feminisme berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Djajanegara, 2000: 27). Kedua hasrat tersebut menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang berpadu. Misalnya, dalam meneliti citra wanita dalam karya sastra penulis wanita, perhatian dipusatkan pada cara-cara yang mengungkapkan tekanan-tekanan yang diderita tokoh wanita.
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme ( woman ), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak – hak kaum perempuan sebagai kelas sosial. (Penelitian Sastra. 2004:184).
Spirit feminisme tokoh Nawang Wulan pada naskah drama Jaka Tarub yaitu mengenai tingkah laku seorang Nawang Wulan kepada Jaka Tarub.  Pada naskah drama, pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau settingd dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain.
Alur merupakan jalinan cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Pelukisan awal drama Jaka Tarub memang sedikit mengejutkan bagi pembaca. Tokoh Jaka Tarub dalam drama ini bukan gambaran tokoh Jaka Tarub yang asli. Bahkan, jalinan cerita telah didekonstruksikan oleh pengarang. Konflik mulai muncul pada saat Jaka Tarub mulai mencari Nawang Wulan. Dalam bayangan pembaca, Nawang Wulan adalah bidadari yang cantik, lembut, dan kehilangan selendang saat mandi. Namun, dalam drama ini Nawang Wulan berbeda.
Bisa kita lihat dari cuplikan naskah dibawah ini :
PEREMPUAN 1 : (Memetik jambu bol, disuapkan ke Jaka)
JAKA TARUB : (Merasa kuat kembali, menari dengan ganas)
7 PEREMPUAN : (Pada puncak lagu yang panas berbarengan menyerbu Jaka Tarub, mengerubut, memperkosanya)
Alur cerita bergerak dengan hilangnya selendang para bidadari, salah satunya adalah selendang Nawang Wulan. Dalam cerita lazimnya, Nawang Wulan tunduk pada perintah Jaka Tarub, namun dalam drama ini justru para bidadarilah yang mengejar dan memperkosa Jakab Tarub. Karena itu Dalang si penggerak cerita menjadi bingung dengan jalinan cerita yang ada.
Adapun klimaks cerita adalah kepergian Nawang Wulan meniti karir menjadi artis meninggalkan Jaka Tarub. Jika diruntut, maka drama Jaka Tarub mempunyai unsur exposition, komplikasi, klimaks, dan resolusi serta termasuk kategori alur linear, yaitu cerita bergerak secara berurutan dari  A-Z. Didalam naskah drama terdapat babak-babak dan setiap babak terbagi menjadi beberapa adegan. Babak dan adegan membedakan teks drama dengan karya sastra yang lain. Jika dipentaskan biasanya pergantian babak ditandai dengan naik turunnya layar atau padamnya lampu, sedangkan pergantian adegan biasanya ditandai dengan pergantian pemain. Pada naskah drama pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau setting dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain. Tipe drama menurut Riantiarno (2003:8-9) ada sembilan, yaitu tragedi, komedi, trigikomedi, melodrama, farce, parodi, satire, musikal, dan opera. Drama Jaka Tarub termasuk tipe drama parodi, yaitu fakta dan kenyataan yang diputarbalikan dengan maksud untuk dijadikan bahan tertawaan dan orang biasanya mengenal tokoh, fakta atau kenyataan itu sebagai komunikasi yang terjalin.  Jaka Tarub  karya Akhudiat merupakan drama parodi yang terdiri atas dua babak. Babak pertama, menceritakan tentang siapa tokoh Jaka Tarub, bagaimana sepak terjang dan prnampilannya. Diceritakan juga bahwa Nawang Wulan dan beberapa bidadarilah yang memerkosa Jaka Tarub. Dalam babak atau ini banyak adegan-adegan konyol dilakukan para tokohnya.
Tokoh Nawang Wulan dalam drama Jaka Tarub adalah tokoh bawahan yang mendukung keberadaan tokoh utama. Tokoh Nawang Wulan berwatak datar atau flat character. Nawang Wulan dalam drama ini terkesan tomboi dan keras hati serta gaya bicaranya ceplas-ceplos.
Terbukti pada kutipan :
NAWANG WULAN : (Masuk dari kiri. Pakaian over all. Bagian atas back-less. Mencangklong tas pelancong, siap melancong)
JAKA TARUB : (Masuk dari kanan. Membenahi kancing celana. Membalikkan badan. Membereskan)
NAWANG WULAN : Kenapa celanamu? Nggak beres?
JAKA TARUB : Anak-anak keterlaluan bergurau. Sampai celana segala dicopot.
NAWANG WULAN : (Ketawa) Penyakit turunan kambuh ya bung?
JAKA TARUB : (Balik bertanya) Kamu dari mana?
NAWANG WULAN : (Ketawa) Sama seperti kau.


Kutipan data di atas memperlihatkan karakter Nawang Wulan yang berpenampilan maskulin atau kelaki-lakian dan gaya bicaranya ceplas-ceplos jauh dari kelembutan, selain itu watak keras hati Nawang Wulan tidak berubah dari awal sampai akhir cerita.   
Nawang Wulan pada naskah drama ini juga di ceritakan sebagai orang yang benar – benar kurang baik, seperti pada kutipan di bawah ini :
BUNYI. Kentongan dipukul 8 kali. Jam 20.00.
NAWANG WULAN : (Masuk mengendap-endap sikap maling)
MACAN : (Mengaum keras)
NAWANG WULAN : (Mendekat) Jangan keras-keras. Jaka nanti bangun.
MACAN : (mengaum seru tanpa suara kayak singa M.G.M. jaman fil bisu)
NAWANG WULAN : Barangnya dimana?
MACAN : Dalam lumbung. Dibawah sekali.
NAWANG WULAN : Gampang. Dibobol dari kolong. Jenisnya barang apa?
MACAN : Dalang nggak bilang. Pokoknya mahal.

            Pada kutipan di atas ingin sekali Nawang Wulan mencuri barang yang berada di dalam lumbung padi.
            Nawang Wulan juga benar – benar berani meninggalkan rumah tanpa ijin dan tanpa sepengetahuan dari Jaka Tarub, dia pergi bersama Macan untuk menemui seorang produser film agar Nawang Wulan dapat menjadi artis yang terkenal. Seperti dalam kutipan di bawah ini. :
MACAN : Ini, filmnya sedang lokasi disini.
NAWANG WULAN : Kenapa tidakkau kabari dulu-dulu?
MACAN : Aku sendiri baru kemarin teken jadi figuran.
NAWANG WULAN : Peran apa kau?
MACAN : Sekali macan ya macan.
NAWANG WULAN : Ayo kenalkan aku ke dia.
MACAN : Barangnya bagaimana?
NAWANG WULAN : Tinggalkan saja. Paling Cuma popok bayi. Ayo ke sana.
MACAN : Ke hotel langsung. Tempat dia nginap.
NAWANG WULAN : Jangan bohong lho.
MACAN : Aku bukan calo begituan. Wulan. Apes.
NAWANG WULAN : Okey aku percaya.
BERGANDENGAN EXIT.
            Seorang Nawang Wulan juga bersikap sangat ambisius kepada Jaka tarub, terbukti pada kutipan naskah di bawah ini :
NAWANG WULAN : Saya dimana?
JAKA TARUB : Di kamar sewa kita yang lama.
NAWANG WULAN : Kapan pindah?
JAKA TARUB : Sekarang. Sudah kubeli karcis bis ekspres.
NAWANG WULAN : Ke mana?
JAKA TARUB : Timur.
NAWANG WULAN : Berap karcis?
JAKA TARUB : Dua.
NAWANG WULAN : Untuk aku?
JAKA TARUB : Ya, tadinya persediaan kalau-kalau...
NAWANG WULAN : Sudah ada penggantiku?
JAKA TARUB : Kau tahu aku selalu bersiap sebelum kejadian. Meskipun kadang-kadang meleset. Sedikitnya terobat kekecewaan.
NAWANG WULAN : Aku terlalu ambisius ya, Jak?
JAKA TARUB : setiap harus besar ambisi.
NAWANG WULAN : Jangan sindir aku, Jak.
JAKA TARUB : Tidak, Wulan. Jaka Tarub dengan ambisi mencuri sayap bidadari.
NAWANG WULAN : (Menutup telinga) Dongeng lagi. Jangan cerita, Jak.
JAKA TARUB : Jaka Tarub ---
NAWANG WULAN : (Memotong. Bergerak sadar/mimpi) Aku bimbang apa tidur apa mati. Di bom kata-kata dan sinar hipnotis...
JAKA TARUB : (Melihat ke jendela) Tangkis atau cernakan dan berakkan.
NAWANG WULAN : ... Mereka menghitung dan menggambarku. Iklim, waktu, gas, ruang, temperatur, peta, protein, semua sudah diatur. Aku kehilangan aku dan kau... Peluk aku, Jak.
JAKA TARUB : (Ke jendela) Tidak sekarang. Bis sebentar datang.
NAWANG WULAN : (Mapan tidur/mimpi) Pelukaku Jak...
JAKA TARUB : Wulan! Bis datang! (Lari menggaet ransel, EXIT)
Drama Jaka Tarub karya akhudiat ini tergolong jenis drama parodi. Jalan cerita Jaka Tarub sangat berbeda dengan cerita Jaka Tarub aslinya. Alur cerita dan karakter tokoh sudah mengalami perubahan dan terjadi dekonstruksi, yaitu unsur dan bentuk-bentuk dalam karya drama yang dicari dan dipahami justru dalam arti kebalikannya.
Selama ini, pembaca pasti tahu bahwa tokoh Jaka Tarub adalah seorang lugu yang mencuri selendang bidadari bernama Nawang Wulan. Namun, dalam cerita drama Jaka Tarub karya Akhudiat ini ada pemutbalikan fakta tentang jalan cerita maupun pribadi para tokoh-tokohnya. Jaka Tarub versi Akhudiat lebih modern, lebih kurang ajar, dan yang lebih diutamakan masalah duniawi saja. Alasan itulah yang melatarbelakangi drama Jaka Tarub bertipe parodi.    

DAFTAR PUSTAKA

KBBI ( Kamus Besar Bahas Insonesia )
Ratna,Nyoman kutha, 2004. Penelitian Satra. Yogyakarta : Pustaka  Pelajar
Akhudiat. 1974. Jaka Tarub. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar