Sabtu, 07 Desember 2013

PERUBAHAN MAKNA




Pernyataa tentang makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula egertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Berikut ini akan dibcarakan sebab – sebab perubahan itu serta wujud atau macam perubahannya.
1.      Sebab – sebab perubahan
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya erubah makna sebuah kata, diantaranya ada
1.      Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi
Pekembangan dalam bidang IPTEK  menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata.Disini sebuah kata yang  tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang  sederhana , tetap digunakan walaupun konsep yan dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat perkembangan teknologi.
Contoh pada kata “ perahu “, walaupun  kini sebaga akibat perkembangan  teknologi, sudah berganti atau mnggunakan istilah “ kapal “ memang masih ada orang ysng masih menggunakan perahu tapi khususnya di desa- desa.Contoh lain  kata telepon sekarang sudah berganti menjadi HP ( hand phond ) sebagai akibat dari perkembangan teknologi tapi juga masih ada tersedia telepon  umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut wartel atau telepon rumah.
Kata computer sekarang sudah diganti dengan laptop atau notebook sbagai akibat dari perkembangan teknologi ,tapi masih ada juga yang menggunakan computer  misalnya saja jasa warnet.
1.      Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang social kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya  perubahan makna sama seperti yang terjadi sebagai akiba dari erkembangan teknologi.
Contoh
1.      Perbedaan Bidang Pemakaian
Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan digunakan  dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada kata – kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata – kata alit, renang, berlari , melempar, senam lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak  bola, Voli, basket, melompat ,
1.      Adanya Asosiasi
Kata – kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang  yang lain,disini makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya yaitu uang,
Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya  perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.
Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat yang ada di desa ceheng.
1.      Pertukaran tanggapan indra
Alat indra yang kita  miliki ada lima dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing. Akan tetapi yang kita bahas ialah tentang pertukaran antar indra. Misalnya : Suaranya sangat merdu dan enak didengar. Pada contoh ini, pertukaran yang terjadi ialah antara inda pendengaran dengan perasa.
Contoh lain yaitu : kue ini terlihat sangat enak sekali. Ini terjadi perubahan dari indra penglihatan dengan perasa. Kedengarannya gadis itu terlihat sangat cantik. Ini mengalami perubahan dari indra pendengaran menjadi penglihatan.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, banyak sekali terjadi senestisi ini seperti dalam frase coklat tua dengan merah muda yang menggabungkan secara warna (merah dengan coklat) dengan usia (tua dan muda) yang terjadi b ukan gejala sinestesia melainkan gejala perbandingan.
1.      Perbedaan tanggapan
Setiap unsure leksikal atau kata sebenarnya secara sinkrons telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyrakat, maka banya kata yang memiliki nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering di sebut juga peyoratif dan amelioratif.
Contoh kata bunting, dewasa ini dianggap peyoratif. Namun  kata hamil adalah amelioratif. Kata mati dianggap peyoratif namun kata meninggal dunia sebagai amelioratif.
1.      Adanya penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun di tulis. Namun tanpa disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud tersendiri tentang sebuah kata.
Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang tua. Kata puskesmas, maksudnya ialah pos pelayanan masyarakat.
1.      Proses gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna perubahan kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan makna yang menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil proses gramatikal.
1.      Perkembangan istilah
Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memnfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru.contoh kata bahan yang semula bermakna kain, kini menjadi bermakna baju.
1.      Jenis perubahan
Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.
a)         Meluas
Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih tua atau orang yang lebihtinggi derajatnya.
b)        Menyempit
Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang biasanya digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan  untuk penemu atau professor.
c)         Perubahan secara total
Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata cerdas. Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.
d)        Penghalusan (ufemia)
Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.
e)         Pengkasaran
Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang yang sebenarnya mengeluarkan.


Spirit Feminisme pada tokoh Nawang Wulan dalam naskah jaka tarub karya akhudiat




            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Feminisme adalah  gerakan wanita yg menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Teori feminis merupakan label generik untuk perspektif atau kelompok teori yang mengeksploitasi makna konsep-konsep gender. Teori feminis mengamati bahwa banyak aspek kehidupan terlepas dari sex biologis dipahami dalam kualitas jender termasuk bahasa, kerja, peran keluarga, pendidikan, serta sosialisasi. 
Teori feminis bertujuan untuk membongkar kekuasaan dan batas-batas pembagian kekuasaan itu. Kekuasaan itu adalah penggolongan kelas atau status berdasarkan jenis kelamin (genderisasi). Teori feminis menekankan sifat opresif dan relasi gender. Sifat opresif adalah sifat yang keras dan menekan.
Feminisme sosialis mencoba membongkar akar ketertindasan perempuan dan menawarkan ideologi alternatif yakni: sosialis. Penindasan terhadap perempuan tidak akan berakhir selama masih terus diterapkannya sistem kapitalisme. Inilah yang dikatakan sebagai peminggiran peran perempuan sebagai bagian dari produk sosial, politik, dan ekonomi yang berhubungan dengan keberadaan kapitalisme sebagai suatu sistem. Inilah penindasan yang berakar pada keberadaan kelas-kelas dalam masyarakat. Pada awalnya, Friedrich Engels yang menjelaskan dalam buku klasik The Origin of The Family, Private property and The States (1884). Keterpurukan perempuan bukan karena perkembangan teknologi, bukan karena perempuan lemah secara mental dan tenaga (sehingga harus dilindungi oleh lelaki), bukan karena sebab-sebab lain, tetapi karena munculnya kelas-kelas sosial.
Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Kritik sastra feminisme merupakan aliran baru dalam sosiologi sastra. Lahirnya bersamaan dengan kesadaran perempuan akan haknya. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat lakilaki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan, maka muncullah istilah equal right's movement atau gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Cara ini sering dinamakan women's liberation movement, disingkat women's lib atau women's emancipation movement, yaitu gerakan pembebasan wanita (Saraswati, 2003: 156).
Kritik sastra feminisme berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Djajanegara, 2000: 27). Kedua hasrat tersebut menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang berpadu. Misalnya, dalam meneliti citra wanita dalam karya sastra penulis wanita, perhatian dipusatkan pada cara-cara yang mengungkapkan tekanan-tekanan yang diderita tokoh wanita.
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme ( woman ), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak – hak kaum perempuan sebagai kelas sosial. (Penelitian Sastra. 2004:184).
Spirit feminisme tokoh Nawang Wulan pada naskah drama Jaka Tarub yaitu mengenai tingkah laku seorang Nawang Wulan kepada Jaka Tarub.  Pada naskah drama, pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau settingd dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain.
Alur merupakan jalinan cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Pelukisan awal drama Jaka Tarub memang sedikit mengejutkan bagi pembaca. Tokoh Jaka Tarub dalam drama ini bukan gambaran tokoh Jaka Tarub yang asli. Bahkan, jalinan cerita telah didekonstruksikan oleh pengarang. Konflik mulai muncul pada saat Jaka Tarub mulai mencari Nawang Wulan. Dalam bayangan pembaca, Nawang Wulan adalah bidadari yang cantik, lembut, dan kehilangan selendang saat mandi. Namun, dalam drama ini Nawang Wulan berbeda.
Bisa kita lihat dari cuplikan naskah dibawah ini :
PEREMPUAN 1 : (Memetik jambu bol, disuapkan ke Jaka)
JAKA TARUB : (Merasa kuat kembali, menari dengan ganas)
7 PEREMPUAN : (Pada puncak lagu yang panas berbarengan menyerbu Jaka Tarub, mengerubut, memperkosanya)
Alur cerita bergerak dengan hilangnya selendang para bidadari, salah satunya adalah selendang Nawang Wulan. Dalam cerita lazimnya, Nawang Wulan tunduk pada perintah Jaka Tarub, namun dalam drama ini justru para bidadarilah yang mengejar dan memperkosa Jakab Tarub. Karena itu Dalang si penggerak cerita menjadi bingung dengan jalinan cerita yang ada.
Adapun klimaks cerita adalah kepergian Nawang Wulan meniti karir menjadi artis meninggalkan Jaka Tarub. Jika diruntut, maka drama Jaka Tarub mempunyai unsur exposition, komplikasi, klimaks, dan resolusi serta termasuk kategori alur linear, yaitu cerita bergerak secara berurutan dari  A-Z. Didalam naskah drama terdapat babak-babak dan setiap babak terbagi menjadi beberapa adegan. Babak dan adegan membedakan teks drama dengan karya sastra yang lain. Jika dipentaskan biasanya pergantian babak ditandai dengan naik turunnya layar atau padamnya lampu, sedangkan pergantian adegan biasanya ditandai dengan pergantian pemain. Pada naskah drama pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau setting dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain. Tipe drama menurut Riantiarno (2003:8-9) ada sembilan, yaitu tragedi, komedi, trigikomedi, melodrama, farce, parodi, satire, musikal, dan opera. Drama Jaka Tarub termasuk tipe drama parodi, yaitu fakta dan kenyataan yang diputarbalikan dengan maksud untuk dijadikan bahan tertawaan dan orang biasanya mengenal tokoh, fakta atau kenyataan itu sebagai komunikasi yang terjalin.  Jaka Tarub  karya Akhudiat merupakan drama parodi yang terdiri atas dua babak. Babak pertama, menceritakan tentang siapa tokoh Jaka Tarub, bagaimana sepak terjang dan prnampilannya. Diceritakan juga bahwa Nawang Wulan dan beberapa bidadarilah yang memerkosa Jaka Tarub. Dalam babak atau ini banyak adegan-adegan konyol dilakukan para tokohnya.
Tokoh Nawang Wulan dalam drama Jaka Tarub adalah tokoh bawahan yang mendukung keberadaan tokoh utama. Tokoh Nawang Wulan berwatak datar atau flat character. Nawang Wulan dalam drama ini terkesan tomboi dan keras hati serta gaya bicaranya ceplas-ceplos.
Terbukti pada kutipan :
NAWANG WULAN : (Masuk dari kiri. Pakaian over all. Bagian atas back-less. Mencangklong tas pelancong, siap melancong)
JAKA TARUB : (Masuk dari kanan. Membenahi kancing celana. Membalikkan badan. Membereskan)
NAWANG WULAN : Kenapa celanamu? Nggak beres?
JAKA TARUB : Anak-anak keterlaluan bergurau. Sampai celana segala dicopot.
NAWANG WULAN : (Ketawa) Penyakit turunan kambuh ya bung?
JAKA TARUB : (Balik bertanya) Kamu dari mana?
NAWANG WULAN : (Ketawa) Sama seperti kau.


Kutipan data di atas memperlihatkan karakter Nawang Wulan yang berpenampilan maskulin atau kelaki-lakian dan gaya bicaranya ceplas-ceplos jauh dari kelembutan, selain itu watak keras hati Nawang Wulan tidak berubah dari awal sampai akhir cerita.   
Nawang Wulan pada naskah drama ini juga di ceritakan sebagai orang yang benar – benar kurang baik, seperti pada kutipan di bawah ini :
BUNYI. Kentongan dipukul 8 kali. Jam 20.00.
NAWANG WULAN : (Masuk mengendap-endap sikap maling)
MACAN : (Mengaum keras)
NAWANG WULAN : (Mendekat) Jangan keras-keras. Jaka nanti bangun.
MACAN : (mengaum seru tanpa suara kayak singa M.G.M. jaman fil bisu)
NAWANG WULAN : Barangnya dimana?
MACAN : Dalam lumbung. Dibawah sekali.
NAWANG WULAN : Gampang. Dibobol dari kolong. Jenisnya barang apa?
MACAN : Dalang nggak bilang. Pokoknya mahal.

            Pada kutipan di atas ingin sekali Nawang Wulan mencuri barang yang berada di dalam lumbung padi.
            Nawang Wulan juga benar – benar berani meninggalkan rumah tanpa ijin dan tanpa sepengetahuan dari Jaka Tarub, dia pergi bersama Macan untuk menemui seorang produser film agar Nawang Wulan dapat menjadi artis yang terkenal. Seperti dalam kutipan di bawah ini. :
MACAN : Ini, filmnya sedang lokasi disini.
NAWANG WULAN : Kenapa tidakkau kabari dulu-dulu?
MACAN : Aku sendiri baru kemarin teken jadi figuran.
NAWANG WULAN : Peran apa kau?
MACAN : Sekali macan ya macan.
NAWANG WULAN : Ayo kenalkan aku ke dia.
MACAN : Barangnya bagaimana?
NAWANG WULAN : Tinggalkan saja. Paling Cuma popok bayi. Ayo ke sana.
MACAN : Ke hotel langsung. Tempat dia nginap.
NAWANG WULAN : Jangan bohong lho.
MACAN : Aku bukan calo begituan. Wulan. Apes.
NAWANG WULAN : Okey aku percaya.
BERGANDENGAN EXIT.
            Seorang Nawang Wulan juga bersikap sangat ambisius kepada Jaka tarub, terbukti pada kutipan naskah di bawah ini :
NAWANG WULAN : Saya dimana?
JAKA TARUB : Di kamar sewa kita yang lama.
NAWANG WULAN : Kapan pindah?
JAKA TARUB : Sekarang. Sudah kubeli karcis bis ekspres.
NAWANG WULAN : Ke mana?
JAKA TARUB : Timur.
NAWANG WULAN : Berap karcis?
JAKA TARUB : Dua.
NAWANG WULAN : Untuk aku?
JAKA TARUB : Ya, tadinya persediaan kalau-kalau...
NAWANG WULAN : Sudah ada penggantiku?
JAKA TARUB : Kau tahu aku selalu bersiap sebelum kejadian. Meskipun kadang-kadang meleset. Sedikitnya terobat kekecewaan.
NAWANG WULAN : Aku terlalu ambisius ya, Jak?
JAKA TARUB : setiap harus besar ambisi.
NAWANG WULAN : Jangan sindir aku, Jak.
JAKA TARUB : Tidak, Wulan. Jaka Tarub dengan ambisi mencuri sayap bidadari.
NAWANG WULAN : (Menutup telinga) Dongeng lagi. Jangan cerita, Jak.
JAKA TARUB : Jaka Tarub ---
NAWANG WULAN : (Memotong. Bergerak sadar/mimpi) Aku bimbang apa tidur apa mati. Di bom kata-kata dan sinar hipnotis...
JAKA TARUB : (Melihat ke jendela) Tangkis atau cernakan dan berakkan.
NAWANG WULAN : ... Mereka menghitung dan menggambarku. Iklim, waktu, gas, ruang, temperatur, peta, protein, semua sudah diatur. Aku kehilangan aku dan kau... Peluk aku, Jak.
JAKA TARUB : (Ke jendela) Tidak sekarang. Bis sebentar datang.
NAWANG WULAN : (Mapan tidur/mimpi) Pelukaku Jak...
JAKA TARUB : Wulan! Bis datang! (Lari menggaet ransel, EXIT)
Drama Jaka Tarub karya akhudiat ini tergolong jenis drama parodi. Jalan cerita Jaka Tarub sangat berbeda dengan cerita Jaka Tarub aslinya. Alur cerita dan karakter tokoh sudah mengalami perubahan dan terjadi dekonstruksi, yaitu unsur dan bentuk-bentuk dalam karya drama yang dicari dan dipahami justru dalam arti kebalikannya.
Selama ini, pembaca pasti tahu bahwa tokoh Jaka Tarub adalah seorang lugu yang mencuri selendang bidadari bernama Nawang Wulan. Namun, dalam cerita drama Jaka Tarub karya Akhudiat ini ada pemutbalikan fakta tentang jalan cerita maupun pribadi para tokoh-tokohnya. Jaka Tarub versi Akhudiat lebih modern, lebih kurang ajar, dan yang lebih diutamakan masalah duniawi saja. Alasan itulah yang melatarbelakangi drama Jaka Tarub bertipe parodi.    

DAFTAR PUSTAKA

KBBI ( Kamus Besar Bahas Insonesia )
Ratna,Nyoman kutha, 2004. Penelitian Satra. Yogyakarta : Pustaka  Pelajar
Akhudiat. 1974. Jaka Tarub. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT).



Pengukuran, Penilaian, Evaluasi



A. Pengertian dan Konsep Pengukuran, Penilaian, Evaluasi.
Pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen merupakan istilah-istilah yang sangat akrab dengan han evaluasi. Hal tersebut disebabkan karena adanya tes prestasi belajar seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menilai hasil belajar. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk memperkenalkan tentang pengertian dan konsep pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen.
1. Konsep Pengukuran
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
2. Konsep Penilaian
Pengertian penilaian ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian pada hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
3. Konsep Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.
B. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing:
· Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
· Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
· Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
C. Tujuan, Fungsi, Manfaat dan Prinsip Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terdapat subjek dan sasaran evaluasi, dimana subjek evaluasi merupakan orang yang melakukan pekerjaan evaluasi yang ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. Sedangkan sasaran evaluasi merupakan segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Oleh karena itu untuk melakukan suatu evaluasi maka kita harus mengetahui apa saja tujuan dari evaluasi, baik tujuan secara umum ataupun khusus. Kita juga harus mengetahui fungsi, dan manfaat serta prinsip evaluasi, agar evaluasi hasil belajar yang akan kita laksanakan bisa berjalan dengan baik dan benar
1. Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
· Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
· mengetahui tingkat keberhasilan PBM
· menentukan tindak lanjut hasil penilaian
· memberikan pertanggung jawaban (accountability)
2. Fungsi Evaluasi
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan fungsi-fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
· Remedial
· Umpan balik
· Memotivasi dan membimbing anak
· Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
· Pengembangan ilmu
3. Manfaat Evaluasi
a. Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
· Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
· Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
· Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
b. Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan sekolah.
Ø Manfaat kegiatan evaluasi dalam pembelajaran bagi siswa
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Ø Manfaat kegiatan evaluasi dalam pembelajaran Bagi Guru
· mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
· ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
· ketepatan metode yang digunakan
Ø Bagi Sekolah
· membuat program sekolah
· hasil belajar cermin kualitas sekolah
· pemenuhan standar
4. Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
· Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi.
· Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
· Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
· Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Tujuan dan Fungsi Penilaian
Fungsi penilaian ada beberapa hal :
1. Selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan antara lain :
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dsb.
2. Diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penelitian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu, diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Dengan mengadakan penilaian, guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, sehingga akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
3. Penempatan
Untuk menentukan dengan pasti seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai niali yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu factor guru, metode mengajar, sarana dan system administrasi.
E. Macam-macam Evaluasi
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
4. Pengukur Keberhasilan
Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan,